Kamis, 22 Desember 2011

GRATIS Sepanjang Masa

Untuk 9 bulan ibu mengandung kamu, Gratis..
Untuk semua malam ibu menemani kamu, Gratis..
Mendoakan kamu dan mengobati kamu, Gratis..
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, Gratis..
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, Gratis..

Kalau dijumlahkan semua, harga CINTA Ibu adalah GRATIS!
Untuk semua makanan, minuman, dan baju, Gratis..

"Anakku.. dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
akan kau dapati bahwa CINTA Ibu adalah GRATIS"

Seusai membaca apa yang ditulis ibunya,
Sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah ibunya.
Dan berkata : "Bu, aku sayang sekali sama Ibu"

Kemudian ia mengambil pulpen
dan menulis sebuah kata dengan huruf besar-besar :
                       
                   "LUNAS"




                                     poems by : NN

Selasa, 13 Desember 2011

Membalas Surat Cinta Kepada Penyair

 
Jadi Abang, aku hafal dengan perilaku surat
serta kaitannya dengan  psikologi kasmaran
cinta buatku lebih  baik dipercaya
tak perlu buang waktu menyelidikinya
dihanyut arungi saja seperti paket wisata arung jeram
cepret! cepret! foto dong! pakai kamera digital

Jadi mari kita mendarat saja
buatkan aku seribu candi dalam semalam
kalau candi sudah tak musim, buatkan website saja
bendungkan aku telaga dengan tempurung kelapa
nanti kuberikan kesetiaanku bahkan saat aku diculik Rahwana
atau diculik intelijen militer

Kita rajut saja hari-hari  ke depan
dengan benang sulaman cinta
kita hitung saja hari-hari ke depan
sampai kita sama-sama ketemu di Meksiko
mencegat sidang WTO

Kita makan siang barengan saja di warung Padang
sambil advokasi gugatan korupsi banjir pada pamong praja
temani aku makan bungkusan makanan cepat saji
saat aku lembur data website
nanti kubelikan engkau kemeja
di toserba di Montreal
tentu saja buatan Indonesia, yang bagus deh jahitannya
karena upah buruhnya tak mencukupi kebutuhan fisik minuman

                                            "penggalan pusi idaman"

Jumat, 09 Desember 2011

Mulutmu Adalah Harimaumu



Mulutmu adalah harimaumu, istilah yang sangat klise tapi nyata dalam kehidupan. Ketika ucapanmu telah keluar dari mulutmu sulit untuk menelan ludah sendiri. Jadi pilihannya adalah mulut manismu atau mulut berbisamu yang akan kamu gunakan ketika kamu marah! Ketika misalnya kamu spontan mengeluarkan kalimat (dengan nada bermusuhan), “ Sebenarnya selama ini saya benar-benar tidak pernah menghormati dan menghargai Kamu!”
Menyesali dan memintaa maaf dari hati yang terdalammu tidaklah percuma. Namun, keadaan takkan kembali seperti sedia kala sama seperti kamu masih diam dan belum mengeluarkan kata-kata racun tersebut. Sesak! Sudah pasti sangat menyesakkan hati yang mendengarkan. Niatmu memang hanya ingin membuat orang yang kamu marahi pada saat itu tersakiti dan bukan keluar dari hatimu yang terdalam. Dalam artian, dia harus tau kalau dirimu lagi marah, sakit hati dan kecewa padanya. Tapi, yakinlah ketika ucapanmu benar-benar diluar pikirnya tentang apa yang barusan terucap dari mulutmu, dia sontak takkan berpikir bahwa kamu hanya ingin membuatnya merasakan hal yang lebih atau minimal sama dengan yang kamu rasakan. Dia telah berubah dan secara tidak langsung dirimu sendiri yang merubahnya.
Pertengkaranmu saat itu bisa saja mereda dan menurut kasat mata selesai. Tapi, residu dari pertengkaranmu itu yang sulit untuk dilupakan. Sebagian besar orang bisa memaafkan saat itu juga atau kapanpun kamu mengulangi meminta maaf, tetapi belum tentu dia bisa melupakan apa yang telah terlontar dari mulutmu tentang dirinya.
Ketika damai menurut pikirmu itu telah terjadi, dia mungkin tidak berpikir demikian. Perubahan pandangan, sikap dan tindakan perlahan akan terlihat jelas bahwa dia “memusuhimu secara halus”.  Akibat dari lost control dari mulutmu itulah yang telah benar-benar mengubah hubunganmu dengan dia dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak mudah untuk dipulihkan kembali. Tentu saja kamu dan dia dapat melakukan transaksi, interaksi atau apalah namanya yang biasa kita lakukan sehari-hari, tetapi kata-kata yang tidak hormat itu telah menimbulkan residu yang mengubah banyak hal. Dan kamu tau apa penyebabnya..
Inspirator: Dean G. Pruitt & Jeffrey Z. Rubin
Makassar, 05/10/11

Belajar Kepada Beruang


Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu sedang tidak musim ikan. Sejak pagi, ia berdiri disana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu pun ikan yang berhasil ia tangkap. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya ...hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan.
Si ikan kecil meratap pada sang beruang,
“Wahai beruang, tolong lepaskan aku.”
“Mengapa?” tanya sang beruang.
“Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu,” rintih sang ikan.
“Lalu kenapa?” tanya beruang lagi.
“Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi seleramu,” kata ikan.
“Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?” tanya beruang.
“Mengapa?” ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepala.
“Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apapun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!” jawab beruang sambil tersenyum mantap.
“Ops!” teriak sang ikan nyaris tersedak.
Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun, jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan  berikan, maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan persoalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap, “Oh andaikan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dulu?”
Maka bijaksanalah pada hidup; hargai setiap detail kesempatan dalam hidup kita. Di saat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Di saat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan. Di saat jatuh, selalu ada kesempatan untuk bengkit kembali, dan kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita. Bila kita setia pada perkara kecil, maka kita akan mendapat perkara besar. Bila kita menghargai kesempatan kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan besar (suara Merdeka, 2000 dalam Liliweri 2005).