Selasa, 09 Oktober 2012

Cermin, Ajaibnya Dirimu



Jika kalian bertanya benda apa yang nggak boleh hilang dari hidupku, aku akan menjawab : “CERMIN”
Ya kenapa cermin? Pertanyaan ini juga akan menjawab kenapa aku bisa seperti ini sekarang.
Cermin, dia adalah bayangan nyata diriku,, walapun hanya dalam bentuk dua dimensi tetapi dia (aku menyebutnya dia karena bagiku dia hidup, dia bagian dari diriku) melebihi 3 atau 4 dimensi yang sangat hampir nyata dan wow.. modern.

Dari fisik,, of course aku bisa menilai kalo aku lagi gendut,, badanku turun 2 kg,, pipiku tumbem atau terlihat lebih tirus (sometimes klo aq sering begadang sih), mataku sembab, lelah, merah, wajahku gak bersinar, dan aku manis atau sering terlihat cantik,,, hahaha (muji diri sendiri adja, menyenangkan hati).

Dari sifat,, yes i’m a good girl. But sometimes, aku adalah DEWI yang judes, gak mau senyum, bawaannya mau marah, orang yang selalu cemberut, terlalu banyak masalah dan banyak ngeluh, hidupku kok seribet ini. aku mau menangis, aku mau teriak, aku mau memecahkan sesuatu, aku mau gigit orang (khayalan terlebayku), aku mau cubit orang.. tapi cuma lewat cermin aku bisa wujudkan itu. Karena aku sadar, nggak semua itu bisa terwujud, dan aku harus mengendalikannya. 

Cermin,,, dia memang tempat curhat yang okay banget. Aku bisa ciptakan dia sebagai makhluk yang punya karakter yang aku mau.. 

Cermin.. that’s so my reflection..



Senin, 08 Oktober 2012

Sembarang, Terserah Kamu!!!



Persoalan hidup adalah persoalan menentukan pilihan. Terlalu banyak kata ‘terserah’ yang terbuang percuma dari kita yang hanya bisa menerima keadaan apa adanya. Menganggap jawaban ‘terserah’ sebagai jawaban yang paling aman. Padahal dari jawaban ‘terserah’ menimbulkan masalah berikutnya. Bisa saja efek dari jawaban itu adalah kebingungan baru bagi mereka yang butuh jawaban pasti. Ataupun bisa jadi penyesalan baru bagi dirimu yang menjawab ‘terserah’. Ketika pilihan rekanmu yang ‘terserah’ itu sesuai dengan keinginanmu tidak masalah, tetapi bila ternyata ‘terserah’ itu adalah hal yang tidak pernah kamu inginkan atau kamu hanya setengah hati menyukainya maka salahkan dirimu atas jawaban ‘terserah’.
Sama saja ketika kamu mengatakan ‘sembarang’. Permasalahannya, adakah rasa sembarang, bentuk, sembarang, warna sembarang, ukuran sembarang, judul sembarang, dsb. Apa susahnya mengatakan ini lebih baik karena bla-bla-bla. Ini pilihan yang bagus karena bla-bla-bla. Tapi jangan juga setelah memberikan arahan lalu kamu bilang “tapi terserah kalau kamu suka yang itu juga gak apa-apa”. Yah lebih baik jangan memberi saran kalau ujung-ujungnya memberikan jawaban ‘terserah’.